Jumat, 07 Februari 2014

The power of menulis

the power of menulis
Penting gak sih menulis itu?
Menurut pandangan saya pribadi menulis itu penting banget,  pengen tau kenapa? Silahkan baca cerita dibawah.

Oke disini saya akan ceritain sebuah kisah, ini kisah nyata, lebih tepatnya kisah pribadi hehehe (sekalian curhat). Ceritanya berlangsung ya... sekitar setahun yang lalu lah.

Waktu itu sedang sibuk-sibuknya maklum tingkat akhir di SMK. Siapin ujian kejuruan, trayout,UN yang pastinya mikir-mikir soal PTN. Anyway ngomong-ngomong saol PTN, kadang ada sedikit keirian kami(etah bener atau tidak, tapi menurut penelitian saya, hampir kebanyakan anak SMK sepakat) pada anak SMA, karena kami merasa dianak tirikan, terutama saat jalur undangan masuk PTN . Sebagai sample dari sekian banyak pendaftar (jumlahnya puluhan lah) dari sekolah kami, hanya seorang yang lolos jalur undangan dan pastinya bukan saya hehehehe. Dan tau gak, itu bikin saya galau setengah hidup.

Kita lupakan dulu itu biar gak semakin OOT. Saya itu punya hobi yang luar biasa, apa itu?.
Namanya menulis, tapi tulisan saya luar biasa dan anti mainsream tentunya. Ada satu hal yang membuatnya spesial dan tetap saya pertahankan dari setiap tulisan saya, yaitu ........................dKMIDHyav xag zqadsaqx , bentuknya yang abstrak, tujuannya biar saya aja yang bisa baca hehehe. Bahkan kadang-kadang saya bikin bahasa sendiri dan disitu biasanya saya tulis rahasia-rahasia saya(termasuk rahasia pribadi) ya macam sandi gitu lah, kebetulan saya punya hobi bemain sama code alias programming. Dengan begitu data saya tetap aman terkendali. Disela-sela tulisan saya yang abstrak, saya selipkanlah salah satu cita-cita saya. Waktu itu saya punya mimpi bisa kuliah di ITB dan belajar microprocessor serta telekomunikasi, jujur tuh kedua cabang imu bikin saya tergila-gila. Saking saya senengnya, tiap hari saya belajar programing sampai larut malam. Dirumah, diangkot, waktu nebeng sama temen,sampai dikelaspun mikirin pemrograman alhasil nilai saya jeblok, ranking dikelas turun dan yang terpenting gara-gara ini saya kaya orang aneh, karena mikirin kode everywhere.

Tapi tetep saya optimis, dan saya tulis dengan banyak dicatatan ITB,ITB,ITB weiih pokoknya pd banget saya pengen masuk ITB. Sampai akhirnya ada faktor lain yang mengatakan bahwa saya tidak bisa kuliah jauh-jauh, kebetulan rumah ane di Bogor(padahal gak jauh-jauh amat ya ke Bandung). Bleng............... seketika buyar, pupus rasanya harapan saya. Selain itu, saya juga sadar diri,  saingan masuk ITB orangnya canggih-canggih. Kemudian disalah satu tulisan ITB yang saya buat, saya pilih yang paling besar, lalu saya ubah huruf T dari ITB dan saya ubah jadi P.

Sebulan menjelang SBMPTN, saya belajar dan kayaknya kali ini saya serius bahkan programming gak bisa ganggu saya waktu itu. Pokoknya harus bisa, saya harus lolos SBMPTN bagaimanapun caranya. Selama sebulan itu saya kebut tuh belajar pelajaran anak SMA. Soal mimpi, Saya punya sebuah keyakinan yang bunyinya begini.“Sebelum semuanya terjadi, semuanya masih mungkin dan penentunya hanya kita dan Allah (tentunya).Kita gak bisa maksa Allah, tapi bisa memohon. Tapi tidak kalah pentingnya diri kita. Karena,  punya cita-cita juga harus tau diri. Semakin tinggi cita-cita jelas semakin sulit pula jalannya.” Dengan keyakinan itu saja jalani tes SBMPTN dan akhirnya saya berhasil, sekarang saya di IPB .

Sejak saat itu, saya selalu percaya diri dan terus menulis cita-cita dengan harapan suatu saat itu akan terwujud.
Punya cita-cita harus serius bukan?, salah satu cara untuk membuktikan kalau kita serius ya menuliskannya. Dengan harapan pembuktian keseriusan kita lewat tulisan tersebut , bisa menjadi power yang berharga untuk menggapai cita-cita kita.
So apa lagi yang mebuat  kalian ragu untuk menulis?
Read more ...

Cuma berandai-andai

Andai saja dulu begitu, andai saja saya seperti ini,  andai saja dia seperti itu, andai saja saya punya yang seperti itu, andai saja saya  kuliah/sekolah disitu, dan masih banyak versi pengandai-andaian yang dibuat manusia . Memang pada dasarnya manusaia senang berandai-andai, dan itu sah-sah saja. Tapi kita harus ingat, terwujud atau tidak itu bukan yang terpenting. Andaikanlah semua itu terwujud, lantas apakah kebahagian akan datang dengan sendirinya?. Saya rasa tidak, kebahagian tidak datang dari apa yang kita dapat, melainkan tumbuh secara alami dari benih penerimaan.
Read more ...

Labels